Comments by "MSD Group" (@MSDGroup-ez6zk) on "Auto Populer ID" channel.

  1. Kalau lihat semua maskapai indoneisa yg bangkrut, masalahnya ada 3: 1. Banyak yg bangkrut karena USD di manipulasi dan Petrodollar. Lease pesawat mayoritas dunia itu dari perusahaan2 Irlandia dgn USD. Beli avtur pun karena petrodollar harus dlm USD. Sedangkan jualan karcil dgn Rp dan pendapatan WNI semua dlm Rp. Contoh di thn 2007 Rp terjun bebas dari Rp 8000 per 1 USD jadi Rp 12.000 per 1 USD. Itu naik 50% USD. Lalu petrol avtur di beli dlm USD. Arab Saudi cuma jualan minyak dlm USD. Gak ada duit gak bakalan di layanin Arab Saudi. Terus lease dlm USD yg mana telat bayar feenya jg dlm USD. Naiknya USD 50% otomatis gak ada cashflow organisasi manapaun termasuk negara yg kuat. Jadi Bouroq berdarah2. Yg di korbankan ya tentu yg expensenya paling banyak yakni gaji karena lease pesawat, beli avtur, spareparts gak bisa di tunda. USD naik, gaji org dlm Rp tentu org jadi kencangkan ikat pinggang. Mereka pilih yg premier dari pada kebutuhan sekunder. Nah itu gak terjadi dgn China. Pemerintah China beli pesawat terbang cash ke Boeing lalu di lease ke maskapainya dlm Yuan sedangkan mereka terima dlm Yuan. China jg beli jangka panjang minyak ketika minyak murah. Mau USD naik gila2an mereka lease pakai mata uang sendiri. Jadi gak ngaruh. Pengusaha sekelas Sandi saja gak bisa selamatkan perusahaan lokal, mandala Air yg di beli Sandi yg kemudian di francise dgn maskapai tiger milik Singapore airlines. Ini sebagai gambaran, sulitnya cash flow ketika USD di manipulasi. Nah kejadian USD di manipulasi spt di Bouroq ini kemarin terjadi d seluruh dunia pasca covid. Org gak keluar rumah otomatis demand mati sedangkan perusahaan leasing milik Irlandia mereka pakai meteran kuda. Telat bayar denda dlm USD. Karena gak banyak org operasi, produksi minyak di turunkan sehingga harga minyak tetap mahal dan USD tetap mahal. 2. Karena USD mahal, banyak penerbangan itu gak jaga nama karena aspek keselamatan gak di perhatikan. Setelah kecelakaan, org jg mikir2 utk terbang dg penerbangan itu. Dan itu terjadi dgn malaysia air jg setelah missing MH317 dan yg di tembak di ukraine. Mahalnya dollar membuat banyak perusahaan penerbangan harus terbangkan peswatnya lebih sering dari pada sebelum USD naik. Efeknya wear and tear jadi lebih sering. 3. nah efek USD ini jadi maslaah terbesar ketika banyuak perusahaan harus jadi penerbangan perintis yg pendapatan rata2 masyaratk sekitar itu kecil sekali sehingga markginnya kecil. karena masalah itu akhirnya saya jadi paham kenapa China gak mau kembangkan perushaaan penerbangannya. Mereka lebih pilih kereta yg selain kecil emisis CO2nya yg cuma 41 gram CO2 per penumpang dibandingkan pesawat yg 225 gram CO2 perpenumpang, industry yg bergantung sangat besar dlm USD, pasti merugikan negara ketika USDnya di manipulasi.
    1
  2. 1
  3. Kalau lihat semua maskapai indoneisa yg bangkrut, masalahnya ada 3: 1. Banyak yg bangkrut karena USD di manipulasi dan Petrodollar. Lease pesawat mayoritas dunia itu dari perusahaan2 Irlandia dgn USD. Beli avtur pun karena petrodollar harus dlm USD. Sedangkan jualan karcil dgn Rp dan pendapatan WNI semua dlm Rp. Contoh di thn 2007 Rp terjun bebas dari Rp 8000 per 1 USD jadi Rp 12.000 per 1 USD. Itu naik 50% USD. Lalu petrol avtur di beli dlm USD. Arab Saudi cuma jualan minyak dlm USD. Gak ada duit gak bakalan di layanin Arab Saudi. Terus lease dlm USD yg mana telat bayar feenya jg dlm USD. Naiknya USD 50% otomatis gak ada cashflow organisasi manapaun termasuk negara yg kuat. Jadi Bouroq berdarah2. Yg di korbankan ya tentu yg expensenya paling banyak yakni gaji karena lease pesawat, beli avtur, spareparts gak bisa di tunda. USD naik, gaji org dlm Rp tentu org jadi kencangkan ikat pinggang. Mereka pilih yg premier dari pada kebutuhan sekunder. Nah itu gak terjadi dgn China. Pemerintah China beli pesawat terbang cash ke Boeing lalu di lease ke maskapainya dlm Yuan sedangkan mereka terima dlm Yuan. China jg beli jangka panjang minyak ketika minyak murah. Mau USD naik gila2an mereka lease pakai mata uang sendiri. Jadi gak ngaruh. Pengusaha sekelas Sandi saja gak bisa selamatkan perusahaan lokal, mandala Air yg di beli Sandi yg kemudian di francise dgn maskapai tiger milik Singapore airlines. Ini sebagai gambaran, sulitnya cash flow ketika USD di manipulasi. Nah kejadian USD di manipulasi spt di Bouroq ini kemarin terjadi d seluruh dunia pasca covid. Org gak keluar rumah otomatis demand mati sedangkan perusahaan leasing milik Irlandia mereka pakai meteran kuda. Telat bayar denda dlm USD. Karena gak banyak org operasi, produksi minyak di turunkan sehingga harga minyak tetap mahal dan USD tetap mahal. 2. Karena USD mahal, banyak penerbangan itu gak jaga nama karena aspek keselamatan gak di perhatikan. Setelah kecelakaan, org jg mikir2 utk terbang dg penerbangan itu. Dan itu terjadi dgn malaysia air jg setelah missing MH317 dan yg di tembak di ukraine. Mahalnya dollar membuat banyak perusahaan penerbangan harus terbangkan peswatnya lebih sering dari pada sebelum USD naik. Efeknya wear and tear jadi lebih sering. 3. nah efek USD ini jadi maslaah terbesar ketika banyuak perusahaan harus jadi penerbangan perintis yg pendapatan rata2 masyaratk sekitar itu kecil sekali sehingga markginnya kecil. karena masalah itu akhirnya saya jadi paham kenapa China gak mau kembangkan perushaaan penerbangannya. Mereka lebih pilih kereta yg selain kecil emisis CO2nya yg cuma 41 gram CO2 per penumpang dibandingkan pesawat yg 225 gram CO2 perpenumpang, industry yg bergantung sangat besar dlm USD, pasti merugikan negara ketika USDnya di manipulasi.
    1